Sektor industri, khususnya yang membutuhkan panas dan energi yang intensif (seperti semen, keramik, dan pupuk), selama ini sangat bergantung pada batubara. Namun, desakan untuk mengurangi emisi dan mencapai target keberlanjutan global telah menempatkan Gas Alam Cair (LNG) sebagai energi transisi yang menjanjikan. Analisis Potensi LNG menunjukkan bahwa ia memiliki keuntungan lingkungan dan operasional yang signifikan untuk menggantikan batubara. Analisis Potensi ini berfokus pada emisi yang lebih bersih dan Metode Efisiensi Energi yang lebih baik. Analisis Potensi ini juga didukung oleh ketersediaan cadangan gas alam yang melimpah di banyak negara produsen.
LNG adalah gas alam (sebagian besar metana) yang didinginkan hingga sekitar $-162^{\circ}C$, mengubahnya menjadi cairan untuk memudahkan penyimpanan dan transportasi. Keunggulan utamanya sebagai energi transisi terletak pada profil emisinya. Ketika dibakar, LNG menghasilkan emisi karbon dioksida ($CO_2$) sekitar 40-50% lebih rendah dibandingkan batubara per unit energi yang dihasilkan. Selain itu, LNG hampir tidak menghasilkan polutan berbahaya seperti Sulfur Dioksida ($SO_2$), Nitrogen Oksida ($NOx$), dan partikulat (particulate matter) yang menjadi masalah besar pada pembakaran batubara. Studi yang dilakukan oleh Pusat Penelitian Energi dan Mineral pada Laporan Transisi Energi, 18 Juni 2026, mencatat bahwa konversi dari batubara ke LNG pada pabrik semen skala menengah dapat mengurangi emisi $SO_2$ hingga 95%.
Dari segi operasional, konversi ke LNG menawarkan Kunci Mengurangi Biaya jangka panjang dan Metode Efisiensi Energi. Meskipun investasi awal untuk infrastruktur regasifikasi (pengubahan kembali LNG menjadi gas) dan modifikasi tungku mungkin tinggi, efisiensi pembakaran gas yang lebih bersih dan kemudahan penanganannya mengurangi biaya pembersihan dan Perawatan Lahan peralatan. Sistem pipa gas juga jauh lebih bersih dan lebih mudah dikelola dibandingkan penanganan dan penyimpanan batubara.
Dengan prospek global yang bergerak menuju energi bersih, LNG menawarkan jembatan yang layak dan stabil. Menerapkan Sistem Pertanian energi ini, meskipun masih menghasilkan emisi, memberikan jeda waktu penting bagi industri untuk secara bertahap berinvestasi pada solusi terbarukan nol-emisi seperti hidrogen dan energi geotermal di masa depan.